Sabtu, 31 Desember 2011

entahlah...

kembali ke masa kecil...
menjalani rutinitas menjajakan kue sembari sekolah...
keliling pasar di hari senin, keliling mengantar dagangan, meneguk es di pojok sekolah yang berdebu...
bercanda, bermain bola tanpa alas kaki, menerjang gersang dunia...

terkadang ku mengeluh saat itu...
tak semua keinginanku terpenuhi...
kadang terlalu sering aku bermimpi...
tak mengerti keadaan ini...
kadang aku kecil berfikir akan arti kebahagian...
ketika uang tak cukup untuk membeli sebuah mainan atau pakaian...
dan harus menyisihkan uang berjualan...
aku kecil mengatakan tak bahagia...
barangkali juga terlalu sering pula menonton TV...
ketika kebahagiaan diartikan materi...
semua keinginan terpenuhi...

lambat laun, mulailah berfikir...
ketika semua yang dilalui tak selalu berwujud materi...
bahkan terkadang dianggap pahit dan kelam...
suram...
tapi ternyata Tuhan tak sekedar Tuhan yang memberi materi...
tapi lebih dari itu,
pelajaran hidup lebih berarti...
 bernafsu, tak ada habisnya...
keinginan ini mengikat hati, membutakan diri...
janganlah melihat terlalu tinggi, lihatlah ke bawah...
agar tak terantuk batu saat berjalan...
agar tak tertusuk onak saat menapak...

ibuku berkata, maafkan semua keadaan yang kami berikan...
ketika kau harus menapaki jalanan pasar demi sekeranjang kue...
ketika pulang sekolah harus berpanas terik...
teruslah berjuang semoga engkau lebih baik...
tapi biarlah masa kelam ini membekas...
agar engkau tahu, jika suatu saat nanti engkau telah mampu,
kau juga tahu bagaimana beratnya hidup...
agar kau tak lupa, bahwa ketika kau berjalan, ada orang lain yang tak seberuntung dirimu...
bahkan keadaan dirimu yang kau anggap buruk sekalipun,
mungkin itu lebih baik untuk mereka...

terimakasih Tuhan telah menjadikanku sebagai seorang anak kecil penjaja kue di waktu itu...
dan nasehat indah dari seorang ibu yang kau berikan untukku...
#renungan akhir tahun