Senin, 19 Juli 2010

Napak Tilas Studio Perancangan Kota 2010, Pura Mangkunegara Surakarta

Tau Kota Surakarta? Kalo gak familiar dengan kata Surakarta, ya Solo... Gak ngerti juga? Capek deh.

Kota Surakarta merupakan kota budaya, yang terkenal dengan semboyan
Spirit of Java, terletak di provinsi jawa tengah, berada di sebelah selatan Semarang, dekat dengan Jogja. Bulan maret 2010 lalu, saya berkesempatan ke Solo dalam rangka Studio Perancangan Kota, membahas kawasan Pura Mangkunegara Surakarta. Dalam kesempatan kali ini, kita akan berbicara tentang Tata Bangunan dan Lingkungan kawasan tersebut.

Kawasan yang akan kita bahas adalah pura mangkunegara, yang merupakan salah satu kerajaan yang ada di kota solo. (inget, solo punya dua kerajaan, ada kasunanan solo dan mangkunegaran). Pura Mangkunegaran berawal dari dinasti yang terbentuk pada 1757 dipimpin RM Said. Raja pertama adalah RM Said yang mendapat gelar Raja Mangkunegaran I. Sedangkan untuk sekarang, raja dari Pura mangkunegaran yaitu Gusti Jiwo yang merupakan Raja Mangkunegaran ke IX. Pergantian raja ditentukan hingga raja yang menjabat atau berkuasa wafat. Sekarang untuk fungsi dari Raja Mangkunegaran sendiri adalah sebagi simbolik.

Pura Mangkunegaran dibangun oleh Mangkunegaran II dari tahun 1804 sampai 1866. Bangunan Pura Mangkunegaran menghadap arah selatan. Bangunan Pura Mangkunegaran memiliki luas area seluas 302,5 m X 308,25 m = 93,396 m dengan bangunan inti seluas 7 Ha yang dibatasi oleh tembok atau dinding setinggi 5 m yang mengelilingi bangunan-bangunan Pura. Pura Mangkunegaran terdiri dari beberapa bangunan antara lain bangunan pendopo Ageng yang berbentuk Joglo, Dalem Ageng atau tempat tinggal raja berbentuk Limasan, bangunan Keputren, bangunan Ksatrian, bangunan perpustakaan dan pemerintahan, Kaveleri, dan beberapa bangunan lainnya. Bangunan tertinggi dari Pura Mangkunegaran yaitu bangunan pendopo setinggi 20 m dengan tiang penyangga utama 10,5 m yang letaknya tepat berada di tengah wilayah Pura Mangkunegaran serta memiliki luas 3270 m2. Pendopo digunakan untuk kegiatan resepsi dan pentas untuk tari-tarian jawa serta didalamnya terdapat Paringgitan yaitu tempat pertunjukan wayang kulit dan gamelan.

Permasalahan yang dihadapi oleh kawasan ini adalah;

lunturnya nilai-nilai budaya dan arsitektur yang tercermin dari penataan fisik kawasan sekitar pura mangkunegaran yang tidak sesuai dengan citra yang ada
Maksunya, di sekeliling pura mangkunegaran, kondisi fisik kawasannya sudah berbeda sekali. seolah-olah tidak ada bangunan atau pura yang dapat memberi kesan historis. Kalau kita berada disekitar pura mangkunegaran, kita akan menemukan bangunan-bangunan yang sangat kontras, berbeda dengan bangunan pura, sehingga kita tidak dapat merasakan citra kawasan budaya. (dalam bahasa yang keren kita sebut "gua gak dapet feelnya" hehehe)

Bayangkan saja, di samping tembok pura, terdapat kawasan perdagangan dan jasa dengan peruntukan kompleks bengkel. Lha apa kate dunia? nih dy gambarnya...

Hal ini sangat disayangkan, padahal kawasan ini memiliki potensi untuk memberikan tarikan (place of interest) yang lebih baik lagi jika perencanaan kawasan ini di tata dengan lebih baik. Sehingga, metode/ strategi perencanaan yang digunakan adalah mengembalikan citra kawasan melalui penataan visual bangunan di sekitar pura mangkunegara kota surakarta. Yah, dalam bahasa keren kita sebut "gimana caranye supaya bangunan di sekitar kawasan pura mangkunegara bisa serasi dengan keberadaan pura" lha dari sono, kita bisa mendapatkan citra kawasan atau saya sebut dengan "gue bisa dapet feel kawasan pura mangkunegara yang bernilai sejarah yang pastinya keren abiz" (anggap saja begitu penyederhanaannya).

Rencana yang mungkin bisa kita laksanakan agar mengembalikan citra kawasan adalah;

  1. rencana preservasi kawasan, termasuk di dalamnya bangunan mana yang akan kita lestarikan. tentu saja bangunan pura dilestarikan, dan juga bangunan kuno di sekitar kawasan tsb, sekaligus tampilan bangunan.
  2. rencana guna lahan, maksudnya adalah mengatur penggunaan lahan disekitar kawasan. so, kita tentukan penggunaan lahan disekitar kawasan yang mendukung keberadaan pura mangkunegara apa aje, misal pasar seni, masjid agung, RTH (ruang terbuka hijau), perkantoran (kuno, terdapat PTPN IX), kompleks permukiman kavalerie (permukiman pasukan berkuda pura mangkunegara) dll.
  3. Penataan urban structure, maksudnya adalah menata hubungan fungsional antar elemen kawasan. Jadi, pusat fokus kegiatan di kawasan tersebut haruslah pura mangkunegara, sedangkan fungsi di sekitarnya adalah pendukung.
  4. rencana open space, ya ruang terbuka gitu lah...
  5. penataan signage, maksudnya signage adalah elemen identitas/ informasi umum, hmmm apa yah? bingung juga jelasinnya... hehehe contohnya adalah papan nama jalan, penunjuk arah, penunjuk nama tempat, dll (maaf ye, saya lupa, *&%$!($#!@@_!)
  6. rencana sistem pergerakan, maksdunya, kita mengatur pola pergerakan lalu lintas disekitarnya, supaya tidak macet.
  7. rencana utilitas dan fasilitas umum, nah.. ini tidak boleh ketinggalan, fasilitas umum disekitar kawasan gak boleh kelupaan, perlu di tata dengan apik supaya memberi kesan kawasan yang nyaman, dan tentunya berkesan historis (baca: jadul)

Pengennya, kondisi sarana perdagangan dan jasa di kawasan pura mangkunegara ya tertib gitu, seperti visualisasi di samping, dengan kondisi bangunan yang harmonis dan seragam, keliatan agak jadul model pintunya, hehe
dengan demikian akan menyediakan pedestrian way/ trotoar bagi pejalan kaki. orang bisa lewat di sekitarnya, dengan rasa nyaman dan senyum sumringah (hubungannya??? lol)


Saat ini, di depan pura mangkunegara, belum terdapat sarana parkir yang memadai bagi wisatawan yang berkunjung, jadi perlu di bangun tempat parkir di depan pura mangkunegara. Sarana parkir ini menampung jenis kendaraan bermotor roda dua hingga roda lebih dari 4, misalnya bus pariwisata kan rodanya 6...


ini adalah visualisasi rencana parkir on street di koridor jalan diponegoro, dengan sudut parkir 60derajat, penyediaan parkir on street dilakukan karena lahan digunakan sebagai pedestrian way, mengutamakan pejalan kaki. perlu diketahui bahwa koridor jalan ini adalah satu arah, jadinya tidak terlalu mengganggu lalu lintas. (mengganggu sih, tapi dikit, terpaksa heheh)



karena pura mangkunegara adalah salah satu place of interest kota solo, kawasan ini dilalui oleh jalur angkutan umum, maka perlu ditambahkan halte di depan pura mangkunegara. Desain haltenya sedikit dimodifikasi supaya kelihatan lebih simple, tradisonal dan tentunya agak jadul, mengutamakan unsur lemen kayu.



Di korodor jalan diponegoro, terdapat pasar seni windujenar yang menjual berbagai barang antik khas kota solo. (yang pasti tidak menjual stasiun balapan atau terminal tortonadi). Jadi, setelah wisatawan puas melihat pura mangkunegaran, maka diteruskan untuk belanja di pasar ini, komplit deh, pas banget wisatanya.

Menariknya lagi, maka diadakanlah festival/ pasar malam disepanjang koridor jalan diponegoro (depan pura mangkunegara) setiap hari sabtu mulai jam 4 sore sampai jam 10- 11 an. isinya bermacam-macam, dari baju batik, cinderamata, kuliner, hingga paduan suara tmen2 UNESA.






















































































begitulah sekelumit kisah tentang keberadaan pura mangkunegaran yang memberikan pengalaman hidup bagi saya, awalnya adalah studi, akhirnya adalah have fun... hahaha
ya sudahlah, apapun pendapat anda tentang tulisan ini, saya hanya berbagai. Tulisan ini sengaja tidak dibuat membahas kawasan pura mangkunegaran secara mendalam dan sesuai dengan kajian RTBL (rencana tata bangunan dan lingkungan), tapi hanya sepintas dan bersifat umum memberi gambaran dan pengetahuan bagi kita semua. (toh juga yang baca gak semua anak planologi atw arsitek, maaf juga buat visualisasi yang mengandalkan sketchup doang, visualisasi dengan 3D max sdg dalam proses, memakan waktu karena membahas kawasan yang luas) hehehehe

3 komentar:

  1. Bagaimana kl ada renovasi di Masjid Al Wustho Mangkunegaran? baik bangunannya dan memakmurkan jama'ah sholatnya

    terima kasih

    BalasHapus
  2. dulu sempat jumatan di sana...
    memang masjidnya agak kecil /'sempit'...
    secara aturan lebar sempadan/ jarak bangunan terhadap jalan masih cukup, sehingga bisa saja kalau di pugar/ lebarkan demi kemaslahatan dalam beribadah...
    kalau memang mau di pugar/ lebarkan, maka hendaknya bertingkat saja...
    lahan pekarangan masjid bisa di jadikan parkir, karena mobil yang parkir di depan masjid membuat Tingkat pelayanan jalan/ LOS D saat jam puncak/ agak macet.
    yahhh,, kira-kira gitu deh alternatifnya...
    Insyalah beribadah jadi makin oke, jalanan juga gak macet...
    hehe

    BalasHapus
  3. ada file 3d nya yang sketchup g?hehe

    BalasHapus